Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada
volume sampah. Kota metropolitan lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan
dengan kota sedang atau kecil. Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif pengelolaan. Saat ini di Jepang telah
berhasil mengubah sampah menjadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan
Ekosemen. Diawali penelitian di tahun 1992, dengan dibiayai oleh Development
Bank of Japan, para peneliti Jepang telah meneliti kemungkinan abu hasil
pembakaran sampah, endapan air kotor dijadikan sebagai bahan semen. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah mengandung
unsur yang sama dengan bahan dasar semen pada umumnya, yaitu senyawa-senyawa
oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3 dan
Fe2O3.
Oleh karena itu, abu ini bisa berfungsi sebagai pengganti clay/tanah liat yang
digunakan pada pembuatan semen biasa
Hingga saat ini ada dua
macam tipe Ekosemen (berdasarkan penambahan alkali dan kandungan chlor) yaitu
tipe biasa dan tipe rapid hardening. Ekosemen type biasa mempunyai kualitas
sama baiknya dengan semen portland biasa (Priyatna, D.E., 2007). Kata semen
berasal dari bahasa lain “Caementium” artinya
bahan pengikat. Definisi secara umum adalah bahan perekat yang dapat mengikat
bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kuat (Rohmawati, H., 2002). Semen
adalah bahan perekat yang merupakan suatu campuran beberapa senyawa kompleks
yaitu C3S, C2S,
C3A,dan C4AF
serta sejumlah kecil komponen senyawa lainnya. Campuran ini akan bersifat
sebagai bahan perekat yang menjadi keras jika bereaksi dengan air karena proses
hidrasi.
A. Ekosemen
Kata Ekosemen diambil dari penggabungan kata “Ekologi” dan “Semen”. Diawali
penelitian di tahun 1992, para peneliti Jepang (yang tergabung dalam NEDO)
telah meneliti kemungkinan abu hasil pembakaran sampah, endapan air kotor
dijadikan sebagai bahan semen. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yg sama dg bahan dasar semen pada
umumnya. Pada tahun 1993, Proyek itu kemudian dibiayai oleh Kementrian
Perdangan Internasional dan Industri Jepang. Pada tahun 2001, pabrik pertama di
dunia yang mengubah sampah menjadi semen, resmi beroperasi di China. Pabrik
tersebut mampu menghasilkan ekosemen 110,000 ton/tahunnya. Sedangkan sampah
yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62,000
ton/tahun, endapan air kotor dan residu abu industri yang diolah mencapai
28,000 ton/tahun.
B. Penggunaan
Abu Insinerasi untuk semen
Di Jepang sampah terbagi menjadi berbagai macam,
salah satunya adalah sampah terbakar (terdiri atas sampah organik, kertas, dll)
dan sampah tidak terbakar (plastik, dll). Setiap tahunnya, penduduk Jepang
membuang sekitar 37 juta ton untuk sampah terbakar.
Kemudian dari 37 ton/tahun sampah terbakar
tersebut untuk kemudian akan dibakar (di-insenerasi), dan menghasilkan abu
(inceneration ash) mencapai 6 ton/tahunnya. Dari abu inilah yang kemudian
dijadikan sebagai bahan dari pembuatan ekosemen. Abu ini dan endapan air kotor
mengandung senyawa senyawa dalam pembentukan semen biasa. Yaitu, senyawa–
senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Oleh karena itu, abu insinerasi ini bisa berfungsi sebagai
pengganti clay (tanah liat)
yang digunakan pada pembuatan semen biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar, tolong sopan ya :')